Soko Berita

Harga Emas Melejit! Masyarakat Ramai Mau Beli Dinar dan Dirham, Bagaimana Menyikapinya?

Harga emas kian naik, seiring masyarakat berbondong-bondong membelinya. Di sisi lain, muncul tren investasi dinar dirham alternatifnya. Apakah menguntungkan?

By Insani Miftahul Janah  | Sokoguru.Id
14 Mei 2025
<p>Ilustrasi dinar dan dirham, alternatif investasi selain emas. Harga emas kian naik, muncul tren ingin membeli dinar dirham sebagai ganti investasi emas. Bagaimana menyikapinya? Foto: amartha.com</p>

Ilustrasi dinar dan dirham, alternatif investasi selain emas. Harga emas kian naik, muncul tren ingin membeli dinar dirham sebagai ganti investasi emas. Bagaimana menyikapinya? Foto: amartha.com

SOKOGURU - Kenaikan harga emas yang terus menanjak selama beberapa bulan terakhir membuat banyak orang mulai mencari alternatif logam mulia. 

Salah satu tren yang muncul adalah ramainya minat masyarakat terhadap dinar (emas 4.25 gram) dan dirham (perak 2.975 gram). Dinar dan dirham dianggap lebih "terjangkau", bernuansa syariah, dan diyakini lebih stabil sebagai penyimpan nilai. 

Di media sosial, tak sedikit konten yang mempromosikan dinar dan dirham sebagai solusi ketika emas batangan menjadi terlalu mahal bagi sebagian kalangan.

Namun, apakah benar dinar dan dirham adalah alternatif investasi yang ideal? Atau ini hanya tren sesaat yang muncul karena FOMO?

Apa Itu Dinar dan Dirham?

Dinar adalah koin emas 22 karat dengan berat sekitar 4.25 gram.

Dirham adalah koin perak murni dengan berat 2.975 gram.

Kedua jenis koin ini sudah dikenal sejak zaman kekhalifahan dan sering disebut sebagai alat tukar dalam tradisi Islam.

Apakah Dinar dan Dirham Cocok untuk Investasi?

Kelebihan:

Bernilai intrinsik karena berbahan logam mulia.

Banyak diminati dalam konteks mahar, zakat, dan sedekah.

Dianggap selaras dengan prinsip ekonomi syariah.

Kekurangan dan Risiko:

Tidak diakui sebagai Alat tukar resmi. Bank Indonesia telah menegaskan bahwa alat pembayaran yang sah di Indonesia hanya rupiah.

Transaksi dengan dinar/dirham sebagai uang bisa melanggar hukum.

Likuiditas rendah. Tidak semua toko emas atau lembaga keuangan mau membeli kembali koin dinar/dirham.

Harga jual balik (buyback) sering kali jauh di bawah harga beli.

Harga tak standar. Tidak ada acuan resmi harian seperti logam mulia Antam.

Beberapa penjual membanderol harga lebih tinggi dari nilai spot logamnya.

Mudah terjebak FOMO (Fears of missing out). Banyak orang tergiur konten viral, padahal belum memahami fungsi dan risiko sebenarnya.

Bisa jadi malah rugi karena salah beli atau salah persepsi.

Cara Bijak Menyikapi Tren Ini

Pahami Tujuan Finansialmu

Kalau kamu ingin investasi logam mulia, emas batangan lebih likuid dan stabil.

Kalau kamu ingin menunaikan syariat seperti zakat atau mahar, dirham/dinar bisa jadi lebih relevan.

Hindari Pembelian Karena Tren

Jangan ikut-ikutan hanya karena konten viral.

Selalu cek harga logam spot (emas/perak) dan bandingkan dengan harga koin.

Beli di Lembaga Terpercaya

Misalnya Wakala Nusantara, Logam Mulia, atau distributor yang terdaftar.

Perhatikan keaslian, kadar, dan berat koin.

Diversifikasi Portofolio

Jangan hanya menyimpan kekayaan dalam bentuk koin dinar/dirham.

Kombinasikan dengan emas batangan, reksa dana syariah, atau saham syariah.

Kesimpulan

Tren minat terhadap dinar dan dirham memang meningkat seiring melonjaknya harga emas. Namun, sebagai calon investor atau pengguna, kamu perlu memahami fungsi sebenarnya dari dinar dan dirham, bukan hanya ikut tren.

Jika tujuannya adalah ibadah atau simbolik syariah, maka membeli dinar/dirham dari tempat terpercaya adalah pilihan tepat. 

Tapi jika untuk investasi jangka panjang, emas batangan yang likuid dan diakui secara luas tetap lebih aman.(*)

Sumber: bi.go.id, World Gold Council